Terus
Memberitakan Karya Pembebasan Allah bagi Semua
Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa
Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa
yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu. (Matius 21:43)
Dikisahkan
adalah seorang tuan tanah yang memiliki kebun anggur. Kemudian dia menyerahkan
kebun anggur itu kepada para penyewa untuk digarap oleh mereka. Jadi dialah
yang paling berhak atas kebun anggur itu, sedangkan yang lain hanyalah penyewa.
Ketika
saat musim petik tiba, diutusnya para hamba untuk mengambil bagiannya. Tetapi
bukan mendapat sambutan, melainkan penganiayaan dan pembunuhan. Sang tuan tanah
kembali mengirim hambanya untuk kedua kali. Dan lagi-lagi hamba-hambanya
mendapat perlakuan sama. Lagi-lagi dibunuh dan dianaya.
Cerita
belum berhenti di situ. Kali ini sang tuan tanah mengirimkan anaknya. Terlintas
di benak sang tuan tanah bahwa para penyewa akan menjadi segan untuk
memperlakukan semena-mena. Tetapi tidak disangka, kejahatan justru semakin
merajalela. Sang putra pun dibunuh mereka pula.
Sungguh
menceritakan kejahatan sempurna. Bukan sekali dua kali, hingga tiga kali. Tidak
terlintas untuk terhenti, hingga sang putra ahli waris pun turut dihabisi.
Apakah maksud dari perumpamaan ini?
Pertama, kejahatan memang perkasa
Kejahatan
dapat bertindak semena-mena kepada siapa saja. Ia dapat merusak dan merajalela.
Seakan tidak terkendali dan semakin
menjadi-jadi. Ingatkah kasus korupsi yang sekarang ditemui segala segi?
Ingatkah kasus kekerasan yang tidak akan berhenti? Sampai-sampai kita menjadi
terbiasa dan mati rasa. Itu bukan urusan kejahatan lagi, karena sudah menjadi
pemandangan sehari-hari. Kejahatan memang sangat perkasa! Supaya kita jangan
kaget dan heran. Memang demikian kenyataan kejahatan.
Kedua, tetapi kejahatan tidak berkuasa
Bersiap-siaplah
menghadapi kejahatan. Ia memang perkasa. Tetapi sadarilah juga bahwa kejahatan
tidak berkuasa. Kejahatan pasti akan kalah. Kejahatan pasti akan menyerah.
Sebesar dan semasif apapun bentuknya, kejahatan pasti binasa. Di akhir cerita
dikisahkan, “Ia (baca: tuan tanah) akan
membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada
penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada
waktunya." (ayat 41). Mereka telah membunuh ahli waris, tetapi jangan
dikira mereka akan dapat memiliki tanah. Justru kejahatan terhadap sang putra
menjadi ‘titik balik’ bahwa mereka pun akan mendapat pembalasan. Mereka pun
dibinasakan!
Betapa
kasih Allah tidak pernah kalah. Ia bisa dihalangi oleh kejahatan. Bahkan seakan
dihentikan oleh kejahatan. Jangan kaget melihat kenyataan perkasanya kejahatan!
Tetapi kasih Allah tidak pernah mati. Ia tetap akan terus berdiri. Bagaikan
terang menerangi kegelapan. Sekuat apa pun kegelapan tidak akan pernah mematikan
cahaya. Kasih akan tetap bersinar betapa pun kecilnya!
Kejahatan
memang perkasa, tetapi tidak berkuasa. Kejahatan pasti binasa. Karena
sebenarnya setiap kejahatan memiliki benih yang merusak diri sendiri. Sekejap
terkesan jumawa, namun semakin bertumbuh besar, juga kerusakannya akan semakin lebar. Dan puncaknya mereka
pasti hancur, luluh lantak tak bersisa. Para penyewa merasa dengan membunuh ia
semakin kuat dan perkasa. Bahkan dengan membunuh sang putra ia akan semakin
ditakuti dan disegani. Salah besar! Di sanalah pula ia akan kehilangan
segala-galanya.
Camkan
kata Tuhan Yesus, “Sebab itu, Aku berkata
kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan
kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.” (ayat 43)
Jangan
bertindak jahat! Atau kita binasa dan kehilangan segala-galanya... Amin.